Linto Kak dek ti Jadi Anggota Dewan!

Tersebutlah namanya siti, biasa dipanggil dek ti, anak bungsung enam bersaudara, walau usianya sudah tidak lagi muda, sudah kepala empat, tapi tetap saja para tetangga memanggilnya dek ti. “Dek” dalam bahasa aceh artinya adik, dan jika ada orang yang lebih muda dari dek ti memanggil namanya, kata-kata dek tetap saja di sematkan dan biasanya ditambah kata “kak” yang berarti kakak, sehingga panggilan lengkapnya adalah “kak dek ti”.

DSC_0410Pagi itu, sang surya masih malu malu menampkannya cahaya, masih bersembunyi dibalik gunong seulawan, seakan tidak mau lepas dari ikatan gelap malam. Di desa yang penuh dengan pepohonan rindang nan hijau itu, asap mengempul keluar daru “bara” rumah penduduk yang umumnya terbuat dari kayu. Begitu juga dengan rumah kak dek ti, dia sedang memasak nasi dengan kayu bakar untuk suami dan ibunya yang tinggal dengan mereka. Lazim bagi masyarakat Aceh orang tua tinggal dengan anak bungsu perempuan. Sedangkan saudara-saudara lain kak dek ti semuanya sudah merantau, menikah dan ikut pasangannnya, hanya kak dek ti yang, mau tak mau, betah tinggal dikampung untuk merawat orang tuanya semata wayang terserbut. Continue reading

Jangan ke Aceh! Tidak Aman

“Sorry Bruder, I really want to go there, but my dad tidak izin saya ke Aceh”, begitulah SMS yang kuterima dari seorang sahabat yang berasal dari Eropa. Saat itu dia sudah di Jakarta dan sudah sangat ingin berkunjung ke tempat aku berasal. Saat kami masih sama-sama belajar di Belanda, dia beberapa kali mengungkapkan kepadaku kalau dia ke Indonesia, dia pasti mau berkunjung ke Aceh.

SONY DSCKasus diatas terjadi tahun 2009 silam, saat aku tanya apa alasan orang tuanya tidak mengizinkan, katanya ada beberapa orang di Jakarta menyarankan agar tidak berkunjung ke Aceh karena Aceh tidak aman, terlalu religius, tidak ramah dengan orang asing dan sebagainya. Sebagai gantinya, mereka menyarankan kawanku tersebut ke Bali atau ke provinsi lain di Indonesia, asal jangan ke Aceh. Mendengar jawaban tersebut, ingin ku banting hape di tanganku, tapi karena hapenya pinjam punya kawan, tidak jadi karena gak sanggup ganti. 🙂 Continue reading

Benarkah hobi memotret makanan itu gangguan jiwa?

Sebuah kicauan muncul di twitter, sebuah berita tentang hobi orang jaman sekarang, ritual memotret makanan sebelum dimakan. Dan yang membuat saya tertarik adalah judulnya, yang katanya kebiasaan memotret makanan tersebut bisa saja mengalami gangguan jiwa. What??foto makanan

Karena kedua topik itu berkaitan erat dengan hobi dan pekerjaan saya, hobi photo  dan kerja di kesehatan jiwa, link nya pun saya buka. Sebuah berita dari media nasional online, yang ternyata juga hasil saduran dari media asing, terlihat disana. Setelah membaca seluruh isi beritanya, saya tidak langsung percaya begitu saja, tapi juga mencoba membaca info  langsung dari sumber berita tersebut. Continue reading

Artikel: Program Bebas Pasung di Aceh

Buat rekan2 yang mencari referensi, tulisan, atau artikel mengenai program bebas pasung 2010 di Aceh-Indonesia, berikut ada artikel yang kami presentasikan tahun kemarin di Vancouver Canada.

DSC_0297

Artikel lengkapnya sudah di print out dalam buku proceeding konferensi tersebut, tapi setelah di scan, hasilnya kurang bagus, jadinya kami upload aja yang aslinya disini.

DSC_0298

Silakan klik Marthoenis_Releasing the mentally ills from physical restraint_full Article berikut untuk mendownload tulisan lengkapnya.

Download Full Article

Sekian, semoga membantu,

salam sehat jiwa 😀

moersalin

Ke Lampuuk Itu Seru

image

Siang ini, aku dan istri memutuskan untuk menyantap ikan bakar di pantai Lampuuk. Pantai ini merupakan salah satu objek wisata andalan Aceh Besar dan menjadi destinasi wisata dalam Visit Aceh Year 2013. Sebelumnya, kami menuju museum Aceh. Tapi sayangnya, pukul dua belas siang, para pegawai di museum itu istirahat sampai pukul dua. Jadi, sambil menunggu museum dibuka, aku dan Liza, istriku melangkah ke Lampuuk.

Cuaca Banda Aceh hari ini sangat menyengat. Tiga piluh derajat celcius begitu yang tertera di layar ponselku. Dengan menggunakan motor, pergilah kami sambil menantang matahari ke Lampuuk. Continue reading

Seberapa sehatkah masakan aceh? Part 1: Timphan

Beberapa hari yang lalu, pada sebuah media lokal, kepala dinas budaya dan pariwisata aceh berujar, “masakan aceh hanya dua, enak dan enak sekali”, Benarkah? Sebagai penggemar masakan aceh, saya sangat setuju. Namun, pernahkah kita berpikir, seberapa sehat masakan masakan yang kita banggakan tersebut?

Well, saya akan coba tuliskan beberapa masakan aceh serta seberapa jauh masakan2 tersebut bermanfaat atau merugikan kesehatan kita.

Dibalik kemanisan timphan.
Saya yakin semua pembaca tahu dengan timphan, dibuat dari tepung, pisang atau labu, dan dipermanis oleh “asoe kaya” yang pastinya dari gula dan telur.
Rasanya? Enak, lazis dan manis tiada tara, seperti Kue Kue asal aceh lainnya yang terkenal manisnya. Jika ada Kue dari daerah lain yang semanis timphan, mungkin hanya baklava, Kue kering asal turki. Saat tinggal di jerman dan saya tiba2 ngidam timphan, maka baklava lah pilihan saya, harganya sebiji 1 euro, sekitar 12 ribu rupiah, ukurannya sedikit lebih besar dari timphan, tapi saya Suka manisnya. Continue reading