Antara ngangkang dan rokok

Jauh memang korelasi antara ngangkang dengan rokok. Tapi melihat konsekuensi keduanya terhadap kesehatan, hal ini menjadi menarik.

Pertama masalah rokok, saya yakin tidak ada orang Indonesia yang tidak mengerti dengan kata dan benda ini, walau tidak menghisap langsung, minimal pernah cium asapnya, Ketika di Angkot misalnya.

Well, merokok sudah dianggap sebagai prilaku yang diterima. Jarang sekali orang yang komplain, bahkan banyak yang bangga bisa merokok. Seorang kenalan yang perokok berat bahkan pernah berujar, “semua pekerjaan ini bisa kubuat karena ada rokok, kalo gk ada rokok dimulut, gak akan bisa kerja”.  Di tempat lain, saya pernah membaca berita tentang seorang nelayan miskin yang juga seorang perokok, dan anaknya putus sekolah karena kurang biaya. Saat ditanya, kenapa dia tidak berhenti saja merokok sehingga uangnya bisa dipakai untuk biaya sekolah anaknya, sang bapak dengan enteng menjawab “lebih baik anak putus sekolah dari pada putus rokok di mulut saya”. egois? Hmmm

lebih parah, rokok malah dianggap sebagai simbol kejantanan, status sosial dan kebanggaan. Orang yang tidak merokok bisa dianggap bencong, tidak bergaul, malah tidak menghormati orang yg merokok. padahal perokoklah yang tidak menghormati orang sekelilingnya.

Dan kenapa rokok Jarang ada yang protes? Mungkin salah satu penyebabnya adalah karena kebanyakan perokok adalah kaum lelaki, yang notabenenya berposisi lebih baik di pemerintahan, Kantor, dsb. Tidak Lucu kan kalo perokok membuat peraturan dilarang merokok, naikkan pajak rokok dsb? Karena Akhirnya mereka sendiri korbannya.

Lain halnya dengan masalah ngangkang. Walau isu ini masih berupa wacana, namun responnya luar biasa. Padahal tidak ada urgensinya dengan masalah kecelakaan, kematian, dsb. Alasan yang dijadikan kambing congek oleh para pembuat gagasan larangan ngangkang adalah kesopanan dan adat. Well, benar juga, terasa kurang sopan memang kalo pakek rok dan harus ngangkang, rok nya terpaksa di tarik hingga sepaha. Tapi kalo Pake celana yang sopan, apa itu juga kurang sopan?

####
Takutnya, beberapa tahun kemudian kita tidak bisa Makan beras lagi karena petani perempuan dilarang tanam padi sambil nungging, karena itu lebih tidak sopan dibandingkan ngangkang 🙂

####
Kembali ke laptop
Masalah kenapa isu ngangkang ini heboh tak lain karena objeknya perempuan, dan sering sekali peraturan dibuat hanya untuk kaum ini? Jika iya, biar adil, buat saja lagi peraturan khusus laki seperti dulu, dilarang mutar2 kalo sudah mau jumat, kalo ada, maka perempuan wajib melempar Pake batu, biar semua laki ke Mesjid…

Kembali ke rokok.
Jika rokok sudah jelas akibat jeleknya terhadap kesehatan dan ekonomi, kenapa yang dipentingkan justru masalah ngangkang?

Kalo berani, larang rokok beredar di aceh. Wajibkan semua laki ke Mesjid hari jumat
Larang pejabat pakai mobil dinas diluar jam kerja.
Larang buang sampah sembarangan.
Larang anak2 sekolah yang gk punya sim naik sepeda motor ke sekolah.
Atur guru Dan Dosen yang malas malasan ngajar, atau ngajarnya gk becus.
Larang anak2 main game Saat jam sekolah.
Peu lom??

One thought on “Antara ngangkang dan rokok

  1. Aku pernah berpikir, ironis daerah yang menganut hukum syariat tapi iklan rokok beredar dimana-mana. Coba deh dihitung baliho gede yang ada di Banda Aceh, ada berapa yang gambarnya iklan rokok? Bukankah rokok lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya?

Leave a comment